Membangun Aplikasi Tanpa Server Dengan Arsitektur Serverless

0
1627

Arsitektur tanpa server (juga dikenal sebagai komputasi tanpa server atau FaaS Function as a Service) adalah pola desain perangkat lunak di mana aplikasi di-host oleh layanan pihak ketiga, menghilangkan kebutuhan lunak dan perangkat keras oleh pengembang. Aplikasi dipecah menjadi fungsi-fungsi individual yang dapat dipanggil dan kemudian juga bisa dijalankan secara individual.

Serverless
Serverless

Mengapa menggunakan komputasi tanpa server? Komputasi tanpa server menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan infrastruktur berbasis cloud tradisional atau server-centric. Bagi banyak pengembang, arsitektur tanpa server menawarkan skalabilitas yang lebih besar, lebih banyak fleksibilitas, dan waktu yang lebih cepat untuk dirilis, semuanya dengan biaya yang lebih rendah. Dengan arsitektur tanpa server, pengembang tidak perlu khawatir tentang pembelian, penyediaan, serta pengelolaan server sebagai backend. Berikut ini perbandingan antara arsitektur tradisional dengan serverless.

Siapa yang Harus Menggunakan Serverless? Anda sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia layanan tanpa server jika Anda memiliki sejumlah kecil fungsi yang perlu untuk dihosting. Jika aplikasi Anda lebih kompleks, arsitektur tanpa server mungkin masih bisa bermanfaat, tetapi Anda perlu membuat arsitek aplikasi Anda dengan cara yang sangat berbeda. Mungkin lebih masuk akal untuk memindahkan sebagian kecil aplikasi ke fungsi tanpa server dari waktu ke waktu.

Baca juga:   Fakta-fakta Mengenai Larry Tesler, Sang Penemu Copy Paste

Keuntungan dari komputasi tanpa server

1. Tidak diperlukan manajemen server.Meskipun komputasi ‘serverless’ sebenarnya terjadi di server, pengembang tidak pernah harus berurusan dengan server. Semua ini dikelola oleh vendor. Sehingga dapat mengurangi investasi yang diperlukan, menurunkan biaya, dan juga membebaskan pengembang untuk membuat dan memperluas aplikasi mereka tanpa dibatasi oleh kapasitas server.

2. Pengembang hanya dikenai biaya untuk ruang server yang mereka gunakan. Pengembang hanya dikenakan biaya untuk apa yang mereka gunakan. Kode hanya berjalan ketika fungsi backend diperlukan oleh aplikasi tanpa server, dan kode secara otomatis ditingkatkan sesuai kebutuhan. Penyediaan sumber daya bersifat dinamis, tepat, dan real-time. Sebaliknya, dalam arsitektur ‘server’ tradisional, pengembang harus memproyeksikan berapa kapasitas server yang mereka butuhkan dan kemudian membeli kapasitas itu.

3. Arsitektur tanpa server secara inheren dapat diskalakan. Aplikasi yang dibangun dengan infrastruktur tanpa server memiliki skalabilitas yang secara otomatis saat basis pengguna tumbuh atau penggunaan meningkat. Jika suatu fungsi perlu dijalankan dalam beberapa event, server vendor akan memulai, menjalankan, dan mengakhirinya sesuai kebutuhan. Sehingga aplikasi tanpa server akan dapat menangani jumlah permintaan yang sangat tinggi. Aplikasi yang terstruktur secara tradisional dengan jumlah ruang server yang tetap dapat down jika penggunanya meningkat secara tiba-tiba.

Baca juga:   Website Sepi Pengunjung? Coba 4 Content Strategy Berikut

4. Penyebaran dan pembaruan cepat dimungkinkan.Menggunakan infrastruktur tanpa server, tidak perlu mengunggah kode ke server atau melakukan konfigurasi backend apa pun untuk merilis versi aplikasi yang terbaru. Pengembang dapat mengunggah kode sekaligus atau satu fungsi sekaligus, karena aplikasi tersebut merupakan kumpulan fungsi yang disediakan oleh vendor.

5. Kode dapat berjalan lebih dekat ke pengguna akhir dan mengurangi latensi.Karena aplikasi sebenarnya tidak di-host di server asal, kodenya dapat dijalankan dari mana saja. Sehingga mengurangi latensi karena permintaan dari pengguna tidak lagi harus melakukan perjalanan jauh ke server asal.

Beberapa vendor penyedia layanan serverless antara lain : AWS Lambda, Azure Functions by Microsoft, Google Cloud Functions, IBM Cloud Functions.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here